Saturday 26 October 2013

Firasat

Aku tahu, tapi sepertinya lebih baik berpura-pura tidak tahu saja.

   Bukan keputusan Nara untuk melupakan, keputusan Nara hanya satu, mengikhlaskan.
Nara menjadi bagian hidup dari seorang lelaki yang ia tahu tak mencintainya lagi. Nara memandang matanya yang kini tak lagi bicara "cinta" padanya. 

    "Mata memang tak pernah berbohong", bisik Nara lirih.
Lelaki itu kini tak lagi sama, ia telah melupakan Nara, ia telah menemukan alasan lain yang membuatnya tersenyum dan tertawa. Senyum dan tawa yang sama seperti yang Nara lihat dulu. Dulu ketika mata ini masih memancarkan cinta yang sama dengan miliknya.

      Nara hanya diam, memendamnya dalam lirih doa setiap malam. Nara hanya diam, tak ada satu tetes pun air mata yang jatuh untuk lelakinya itu. Air mata Nara lebih berarti.

     Nara tahu tatapan itu tak lagi untuknya. Nara tahu posisinya telah digantikan. Nara tahu mata lelaki itu memancarkan cinta yang sama sekali berbeda dengan miliknya. Nara tahu inilah waktu yang tepat untuk menghapusnya.

     Nara diam, hanya bisa diam, melihat lelakinya tak lagi tersenyum untuknya, "ya, dia bukan lelaki ku lagi". Nara tak mempermasalahkan lagi siapa yang telah menggantikan senyum itu. Itu cukup.

     Yang Nara tahu , " Firasat seorang wanita terhadap lelakinya selalu benar". Dan firasatnya bahwa lelakinya telah bersama yang lain, Nara berharap itu tak pernah jadi kenyataan.  

No comments:

Post a Comment