Kepada Cinta Pertamaku
Ini mungkin surat pertama dan terakhirku untukmu. Aku hanya ingin mengungkapkan apa yang selama ini aku pendam sendiri. Aku tak pernah berharap ada orang lain yang tahu. Tetapi sekarang, aku berharap kamu mengetahuinya.
Aku sangat menyukai pepatah yang mengatakan, “ Kita pasti akan bertemu orang yang salah hingga akhirnya bertemu seseorang yang benar-benar baik untuk kita “. Itulah yang terjadi padaku.
Aku bersyukur, gadis yang kamu sakiti adalah aku. Bukan dia yang merupakan sahabatku. Aku bersyukur, cinta diam-diamnya tak pernah kamu pedulikan. Aku bersyukur, kamu lebih memilih untuk menyakitiku daripada menerima cinta diam-diamnya. Dan aku sangat beryukur, ketika hari ini aku berdiri tegak dengan kedua kakiku sendiri, kamu menyadari bahwa tak pernah ada yang bisa mencintaimu seperti aku.
Kamu bukanlah Tuhan yang bisa memaksakan perasaan seseorang. Harusnya kamu sadari itu. Kamu sombong. Sombong sekali. Kamu pernah menuliskan dalam agendamu, “ Aku pasti bisa memiliki dia yang aku cintai. Dia pasti juga akan mencintaiku sepenuhnya saat kesuksesan itu menghampiriku “. Kamu begitu yakin? Hah. Aku hanya tersenyum saat itu. Tidak . Akan aku buktikan kamu salah. Kamu tak akan bisa semudah itu membalikkan perasaan seseorang.
Aku tahu yang kamu maksud – dia yang kamu cintai – itu siapa. Bukankah dia gadis yang mengira aku telah merebutmu darinya?. Hah. Lucu sekali bukan?. Aku telah dituduh merebutmu. Menjadi benalu. Menjadi orang ketiga. Ingin rasanya aku bungkam mulutnya kalau saja dia bukan gadis yang baik dan kalau saja dia tidak sama sepertiku.
Aku didampratnya berkali-kali. Kamu tahu? Tentu saja kamu tak tahu. Apa yang dia lakukan terhadapku membuatku tak berminat lagi dengan kisah cinta kita yang tadinya dengan sekuat tenaga aku pertahankan. Mengapa? Karena ternyata dalam kebahagiaanku yang singkat denganmu, aku telah menyakiti seseorang. Mengetahui kenyataan seperti itu lebih menyakitkan daripada mengetahui kamu meninggalkanku hanya demi dia.
Tetapi sekarang semua berubah. Kamu sudah sangat terlambat untuk mendapatkan dia yang kamu cintai. Lihat, dia telah bersama yang lain. Itulah akibat dari pertarungan egomu sendiri. Kamu benar-benar percaya bahwa kesuksesan akan menjadikan dia jatuh cinta padamu. Tapi lihatlah dengan kedua matamu, dia telah memilih yang lain. Apa perlu aku berkali-kali mengatakannya kepadamu?. Dia telah memilih yang lain !!!. Sadarkah bahwa hipotesismu tentang percintaan klasik itu telah runtuh terlebih dahulu sebelum diuji kebenarannya?. Aku disini hanya bisa tertawa. Kamu boleh menganggapku jahat, tetapi bukankah kamu lebih jahat karena telah menelantarkanku?.
Saat itu aku hanya diam menerima penjelasanmu bahwa kita tak mungkin terus bersama. Aku percaya sepenuhnya dengan alasanmu. Tetapi sekarang, semua kata-katamu bahkan ujungnyapun aku tak akan percaya lagi. Mungkin kamu anggap aku sama sekali tak berperasaan karena dengan mudah mengatakan bahwa dirimu seorang pembohong. Tapi kamu harus tahu, kecerobohanmu yang membuat kebohonganmu terbongkar itu adalah tindakan yang lebih tidak berperasaan.
Apakah kamu mengingat perkataanku saat kita sedang dilanda badai?. Aku telah memberimu kesempatan untuk berkata yang sejujurnya kepadaku. Aku berkata padamu bahwa aku mengikhlaskanmu jika kamu mencintai orang lain, karena aku sadar, seorang laki-laki bisa mencintai lebih dari seorang perempuan. Tapi kamu merusak kepercayaanku. Mungkin kamu fikir, berbohong lebih baik untuk menjaga perasaanku. Tetapi aku lebih menyukai kejujuran yang pahit daripada kebohongan yang nantinya juga akan membuatku jatuh.
Sadarilah. Seorang perempuan kodratnya untuk dijaga bukan untuk disakiti. Seorang perempuan menjaga dirinya dengan caranya. Perempuan lebih banyak memakai perasaannya. Karena itu jagalah perasaannya. Aku menyadari, mungkin kami berdua adalah dua orang perempuan yang berbeda. Dua orang perempuan yang dengan caranya masing-masing memperebutkan posisi tertinggi di hatimu. Dua orang perempuan yang tidak sengaja kamu cintai secara bersamaan. Tetapi aku tahu, akulah yang kalah. Karena itu, seandainya hal ini terjadi padamu untuk kedua kalinya, aku mohon, jangan biarkan keduanya kau lukai. Atau paling tidak, jangan biarkan ada aku aku yang lain. Belajarlah dari kesalahanmu. Untuk semua yang pernah aku alami karenamu, aku hanya mampu mengucapkan terimakasih. Terimakasih telah mengajariku cinta dalam waktu sesingkat ini. Tentu, aku tak pernah menyesal pernah mencintaimu.
No comments:
Post a Comment