Saturday 17 December 2011

Hujan Saat Itu

     Kamu memang benar-benar tak tahu, berpura pura tak tahu, atau memang tak pernah mau tahu?. Sungguh, dulu aku tak punya rasa ini. Dulu rasa ini hanya milikmu, dan aku tak pernah ingin dan berusaha memilikinya. Tapi kau hebat, sekarang perasaan ini jatuh kedalam ruang hatiku sepenuhnya. Kau hebat karena kau mampu menduduki peringkat teratas dalam hatiku saat ini.
     Hari itu mendung dan kelabu, pepohonan besar depan sekolah menambah pekat jalanan. Angin cukup kencang, daun pohon di depan sekolah kita tertiup perlahan lahan, kemudian jatuh tepat disamping tempatku duduk, menunggu jemputan.
     " Kamu nggak pulang ta? ". saat itu kau menyapaku.
     " Pulang kok, tapi belum dijemput nih ". Aku jawab sambil tersenyum. orang yang menyapaku saat itu adalah dirimu. Kau tahu, hatiku sama sekali tak bergetar kala itu. Mungkin aku tak peka dengan getar suaramu. Kau terdengar kikuk saat berkata,
     " Ayo kuantar pulang ".
     Entah mengapa aku menurut, aku naik diboncengan sepeda motormu yang bertitle Supra itu. Masih Ingat? Aku sering tersenyum sendiri mengingatnya. Belum terlihat gang rumahku, tapi hujan sudah mulai lelah, dan ingin segera mengguyur bumi. Menumpahkan segala berat dan bebannya. Kamu langsung menepi, mencari tempat berteduh, kamu bertanya padaku, ingin meneruskan perjalanan atau harus menunggu hingga reda? aku jawab, aku ingin segera pulang.
     Saat itu kamu langsung mengambil mantel dan memakainya. Kebetulan itu mantel yang besar, jadi aku juga bisa berteduh dibawahnya. Aku ingat, saat memakai mantel itu, wajahmu lucu sekali. Tapi aku tak tertawa saat itu. Kenapa? karena dulu perasaan itu tak ada.
     Kita meneruskan perjalanan, aku tahu kamu basah kuyup. Aku bilang kita berhenti saja. Tapi kamu bilang, nanti aku dimarahi kalau tak segera pulang.
     Aku ingat itu, apa kamu juga?
     Waktu sampai rumahku, mama menyuruhmu masuk, bukan aku. Tapi kamu menolak, hanya bilang terimakasih sambil tersenyum. Kamu pulang. Tapi aku sama sekali tak merasa kehilangan.
     kamu ingat sahabatku kan? namanya Tiara. Dia bilang kamu suka aku. Tapi kamu nggak mau pacaran denganku. Dalam Islam nggak ada pacaran kan?. Tapi kamu suka aku. Aku diam saja saat Tiara mengatakannya. Kamu tetap tak berubah, tetap tersenyum padaku. Lama-lama aku jatuh juga. Jatuh yang awalnya samasekali nggak sakit. Tapi hanya diam itu menyakitkan. Just being a silent girl, benar-benar menyesakkan. Apa kamu tahu kalau sekarang rasamu juga rasaku?. Aku menunggumu mengungkapkannya padaku, meskipun aku tahu kita nggak akan pernah jadian. Sure, aku hanya ingin tahu. Benarkah itu perasaanmu?.
     Hingga detik ini, aku tahu, aku hanya memiliki satu kenangan. Yaitu hari dimana saat itu hujan lebat dan aku melihat wajahmu yang lucu saat memakai mantel :)

2 comments: