Wednesday 31 December 2014

Maaf. Aku hanya lelah

     Tahukah kamu? Bahkan dalam manajemen proyek, egoisme pribadi tidak dianjurkan, tetapi mengapa tidak begitu dengan kita? Kita masih berjuang mempertahankan ego masing-masing. Bukankah begitu?
  
  Aku bosan dengan kita yang seperti ini. Aku bosan menjadikanmu ragu dalam setiap detik perjumpaan kita. Sulitkah untuk memulainya lagi dengan kata?

  Kita hanya membutuhkan satu kata yang akan meluluhkan benteng kita masing-masing. Maaf. Kita hanya membutuhkan itu dalam hati kita masing-masing. Sangat mudah bukan?

  Aku lelah dengan kita yang seperti ini. Aku lelah menjadikanmu musuh dalam setiap angan kehadiranmu. Sulitkah untuk mengembalikannya seperti dulu?

  Mungkin aku tak akan menunggu benteng pertahananmu runtuh. Aku yang akan meruntuhkannya. Semoga kamu siap.



Aku hanya lelah dengan kita yang seperti ini. Cukuplah berdamai dengan keadaan. Bukankah aku tak pernah memintamu kembali?

Teman Menunggu Hujan

     Aku masih duduk di sampingmu sore ini.
  Masih dengan tema perbincangan yang sama, buku-buku yang kita suka. Aku senantiasa tersenyum mendengarmu bercerita karena waktu yang cukup lama tak pernah kita habiskan berdua.
  
  Aku masih duduk disampingmu sore ini.
  Kita bukan penikmat teh saat hujan. Hanya ditemani buku yang ku genggam dan deru suara hujan, aku menikmati ceritamu. Mendengarkan tiap detil kisah yang diciptakan orang lain tetapi seolah-olah kamulah pelakuknya.
  Kamu pandai bercerita ya? Bahkan setiap kata yang menjadi prolog pemeran utama kamu lontarkan dengan mimik yang meyakinkan seolah kamu adalah pemain opera.
  Aku bahkan sudah tidak mengenalmu.
  
  Aku masih duduk disampingmu sore ini.
  Diam dalam setiap jeda katamu. Hanya menikmati hujan yang turun dan bertanya-tanya mengapa hujan tak kunjung reda?

  Aku masih duduk disampingmu sore ini.
  Aku temanmu menunggu hujan.





Kepada hujan sore ini, aku berharap engkau cepat reda. Karena aku lelah hanya menjadi teman menunggu hujan.

Saturday 6 September 2014

Sekelumit Catatan - Part 2

Aku mengerti, terjebak seperti ini hanya membuatku takut melangkah. Terjebak seperti ini hanya membuatku seakan butuh dikasihani.

Dear Cita,
            Aku akan menjelaskan dengan singkat apa yang sebenarnya terjadi padaku. Namaku Sara. Aku adalah seorang perempuan yang terjebak cinta diam-diam. Bukan diam-diam dalam arti aku mencintai seorang lelaki sedangkan dia tak tahu, tetapi aku mencintai seorang lelaki yang dia tahu aku mencintainya dan aku hanya bisa diam karena lelaki ini telah bersama yang lain.
            Aku tahu apa yang harus aku lakukan, melupakannya. Tetapi bukankah sangat berat memungkiri perasaan sendiri?
Bagimana menurutmu keadaanku ini? Percayakah kamu bahwa seharusnya cinta tak menyakiti?.
Hingga saat ini aku selalu merasa bodoh karena jatuh cinta padanya.

Sara
***
Dear Sara,
            Jika kamu bertanya padaku bagaimana menurutku keadaanmu, aku hanya akan mendukung satu kalimatmu “Aku tahu apa yang harus aku lakukan, melupakannya”. Tak ada alasan untuk mempertahankan perasaan yang sebenarnya kamu tahu tak tepat. Sama seperti kalimat rasa cinta itu murni tapi bukan berarti dia bisa memurnikan.
Aku tak percaya cinta tak menyakiti. Cinta itu sakit, Sara. Mengapa? Karena dia mengharuskan kita “Jatuh”. Pilihlah jatuh yang akan meninggalkan sedikit luka saja.

Regards, Cita


Friday 22 August 2014

Sekelumit Catatan - Part 1

Selamat datang di cita cerita cinta
Menerima surat surat cinta dan curhatan tentang cinta
Apakah kalian siap menceritakan kisah cinta kalian disini?



Total sebanyak delapan jam aku habiskan di depan laptop hari ini. Sepulang kuliah pukul empat sore, mandi dan bebenah diri, melakukan aktivitas pembersihan diri seperti yang biasa aku lakukan, menghirup teh panas yang aku buat sendiri dengan tingkat kemalasan yang tinggi. Ditemani cookies coklat pesanan yang baru saja diantar. Suara ram menderit derit terdengar ketika laptop usang yang belum menginjak core  ini aku hidupkan. Seperti biasa, setelah modem mendeklarasikan kata connected  dengan segera senyumku merekah. Dengan kecepatan tangan kanan diatas mouse, aku klik jendela google chrome yang setia menjadi pintu utama memasuki gmail.com . oh, tentu saja banyak email baru yang belum kubuka hari ini, cukup banyak maksudku, ada lima buah email baru. Email-email ini ber- subjek sama, cinta. Kisah apa lagi yang aku terima hari ini?


Sunday 6 April 2014

Pepatah Hujan

Aku selalu mengingat hal paling romantis saat turunnya hujan adalah hujan itu sendiri. Bulir bulir air itu tak pernah segan kembali lagi ke bumi meskipun tahu rasanya jatuh berkali-kali.

Kalista
Kalista sadar bahwa setiap apa yang ia putuskan akan menjadikan hidup orang lain juga berubah, sama seperti apa yang ia rasakan sekarang, kebingungan. Kalista tak pernah mencintai seseorang hingga sejauh ini, yang ia tahu hanya menjaga, merindu dan tentu saja mengenang. Kalista tak pernah sadar apa yang ia rasakan, bukan tak sadar tapi ia tak tahu bahwa itu namanya cinta.

Rendy
            Aku selalu merasa bodoh setiap kali mempertahankan sesuatu. Aku tahu kalista menganggapku tak lebih dari sekedar teman, tapi aku mencintainya, dengan sangat. Kalista melakukan hal-hal ganjil yang menurutku lucu,Kalista bukan gadis yang malu-malu. Kadang aku merasa ia sungguh terlalu, membiarkan hatiku jatuh dan bangkit disaat yang sama. Seringkali kamu ngambek karena cemburu. Ah, apakah kamu benar-benar cemburu? Atau hanya ingin menggodaku?
            Kamu hebat, Kalista. Seberapa lama lagi kamu akan membuatku seperti ini?

Kalista
Aku yakin, aku sangat pintar menyembunyikan perasaan. Aku tetap Kalista yang sama. Tak ada yang berbeda meskipun disini (hati), entahlah, mungkin sudah hancur berkeping-keping.

Rendy
            Haha mungkin benar aku ini korban friendzone, mencintai sahabatku sendiri. Sekarang aku meratapi kebodohanku, mengapa tak dari dulu aku mengungkapkan perasaanku?

Kalista
            “Rendy, ayo dimakan sup-nya. Nanti keburu dingin. Kamu ngelamunin apa sih?”


Rendy
            Aku kaget kamu memperhatikanku, “Eh, aku nggak ngelamun kok. Iya, aku makan ”.
Saat ini kita makan berdua, sangat sering, bahkan rutin. Tapi pembicaraan kita hanya sebatas Kalista dan Rendy yang bersahabat. Kal, aku masih menunggu hatimu terbuka untukku bahkan sesering apapun kamu menutupnya untukku dan membuka lebar-lebar untuk lelaki hujanmu itu.

Kalista
            Rendy sahabat terbaik yang pernah ada, orang yang benar-benar takut kehilangan aku. Aku juga takut kehilangan dia. Aku sering bertanya-tanya bagaimana jika nantinya kamu punya kekasih ya, Ren?

Rendy
            Apa jadinya ketika aku melihatmu bersama orang yang kamu cintai, Kal?

Kalista
            “Hujaaannnn …”
Ah, aku mengingatmu lagi sebanyak bulir-bulir air yang jatuh. Aku mengingat kita yang sama sama mencintai hujan, yang sama sama menengadahkan tangan menangkap air hujan dan  membiarkannya lolos melalui sela-sela jemari ini.

Rendy
            Aku tahu,Kal. Yang kamu cintai bukan hujan, tapi orang yang telah merebut hatimu bersamaan dengan turunnya hujan. Kal, apa kamu tak sadar bahwa akulah yang selalu ada ketika hujan turun. Kal, apa kamu tak sadar bahwa lelaki hujanmu itu tak akan pernah kamu miliki? Kal, apa kamu buta hingga tak melihatku dihadapanmu?

Kalista
            Rendy melamun lagi, atau jangan jangan sebenarnya aku yang sedari tadi melamun. Rendy menatapku sendu. Ah, hanya perasaanku saja. Mana mungkin si Rendy brutal ini bermata sendu.

Rendy
            Kal, apa kamu tak melihat bahwa di mataku hanya ada kamu.

Kalista
            Ren, kamu ngelamunin apa sih? Cukup ngeri melihat wajah sendumu, melihatmu seperti akan jatuh sakit. Apakah hujan yang membuatmu seperti ini?
Apa yang bisa aku lakukan untukmu?

Rendy
            Kal, apa yang kamu lakukan? Haha lagi-lagi berlaku bodoh begini. Apa itu yang kamu tulis di jendela yang berembun? Apa? Rendy jelek? Kamu pikir kamu cantik? Tidak,Kal. Kamu sangat cantik.

Kalista

            Aku serius menulis di jendela yang berembun, sesekali memonyongkan bibir dan menggembungkan pipi seperti ikan mas koki. Ah, aku bosan,Ren. Hari ini kamu hanya diam. Biasanya kamu rebut mengomentari ini itu. Aku bosan, hujan akan segera berhenti, tapi mengapa hanya ini yang terjadi? Tidak ada apa-apa, tidak ada perkembangan. Seandainya kamu tahu jika aku berharap.