Aku selalu mengingat hal paling romantis
saat turunnya hujan adalah hujan itu sendiri. Bulir bulir air itu tak pernah
segan kembali lagi ke bumi meskipun tahu rasanya jatuh berkali-kali.
Kalista
Kalista sadar bahwa setiap apa yang
ia putuskan akan menjadikan hidup orang lain juga berubah, sama seperti apa
yang ia rasakan sekarang, kebingungan. Kalista tak pernah mencintai seseorang
hingga sejauh ini, yang ia tahu hanya menjaga, merindu dan tentu saja
mengenang. Kalista tak pernah sadar apa yang ia rasakan, bukan tak sadar tapi
ia tak tahu bahwa itu namanya cinta.
Rendy
Aku
selalu merasa bodoh setiap kali mempertahankan sesuatu. Aku tahu kalista
menganggapku tak lebih dari sekedar teman, tapi aku mencintainya, dengan
sangat. Kalista melakukan hal-hal ganjil yang menurutku lucu,Kalista bukan
gadis yang malu-malu. Kadang aku merasa ia sungguh terlalu, membiarkan hatiku
jatuh dan bangkit disaat yang sama. Seringkali kamu ngambek karena cemburu. Ah, apakah kamu benar-benar cemburu? Atau
hanya ingin menggodaku?
Kamu
hebat, Kalista. Seberapa lama lagi kamu akan membuatku seperti ini?
Kalista
Aku yakin, aku sangat pintar
menyembunyikan perasaan. Aku tetap Kalista yang sama. Tak ada yang berbeda
meskipun disini (hati), entahlah, mungkin sudah hancur berkeping-keping.
Rendy
Haha
mungkin benar aku ini korban friendzone,
mencintai sahabatku sendiri. Sekarang aku meratapi kebodohanku, mengapa tak
dari dulu aku mengungkapkan perasaanku?
Kalista
“Rendy,
ayo dimakan sup-nya. Nanti keburu dingin. Kamu ngelamunin apa sih?”
Rendy
Aku
kaget kamu memperhatikanku, “Eh, aku nggak ngelamun kok. Iya, aku makan ”.
Saat ini kita makan berdua, sangat sering, bahkan
rutin. Tapi pembicaraan kita hanya sebatas Kalista dan Rendy yang bersahabat.
Kal, aku masih menunggu hatimu terbuka untukku bahkan sesering apapun kamu
menutupnya untukku dan membuka lebar-lebar untuk lelaki hujanmu itu.
Kalista
Rendy
sahabat terbaik yang pernah ada, orang yang benar-benar takut kehilangan aku.
Aku juga takut kehilangan dia. Aku sering bertanya-tanya bagaimana jika
nantinya kamu punya kekasih ya, Ren?
Rendy
Apa
jadinya ketika aku melihatmu bersama orang yang kamu cintai, Kal?
Kalista
“Hujaaannnn
…”
Ah, aku mengingatmu lagi sebanyak bulir-bulir air yang
jatuh. Aku mengingat kita yang sama sama mencintai hujan, yang sama sama
menengadahkan tangan menangkap air hujan dan
membiarkannya lolos melalui sela-sela jemari ini.
Rendy
Aku
tahu,Kal. Yang kamu cintai bukan hujan, tapi orang yang telah merebut hatimu
bersamaan dengan turunnya hujan. Kal, apa kamu tak sadar bahwa akulah yang
selalu ada ketika hujan turun. Kal, apa kamu tak sadar bahwa lelaki hujanmu itu
tak akan pernah kamu miliki? Kal, apa kamu buta hingga tak melihatku
dihadapanmu?
Kalista
Rendy
melamun lagi, atau jangan jangan sebenarnya aku yang sedari tadi melamun. Rendy
menatapku sendu. Ah, hanya perasaanku saja. Mana mungkin si Rendy brutal ini
bermata sendu.
Rendy
Kal,
apa kamu tak melihat bahwa di mataku hanya ada kamu.
Kalista
Ren,
kamu ngelamunin apa sih? Cukup ngeri melihat wajah sendumu, melihatmu seperti
akan jatuh sakit. Apakah hujan yang membuatmu seperti ini?
Apa yang bisa aku lakukan untukmu?
Rendy
Kal,
apa yang kamu lakukan? Haha lagi-lagi berlaku bodoh begini. Apa itu yang kamu
tulis di jendela yang berembun? Apa? Rendy jelek? Kamu pikir kamu cantik?
Tidak,Kal. Kamu sangat cantik.
Kalista
Aku
serius menulis di jendela yang berembun, sesekali memonyongkan bibir dan
menggembungkan pipi seperti ikan mas koki. Ah, aku bosan,Ren. Hari ini kamu
hanya diam. Biasanya kamu rebut mengomentari ini itu. Aku bosan, hujan akan
segera berhenti, tapi mengapa hanya ini yang terjadi? Tidak ada apa-apa, tidak
ada perkembangan. Seandainya kamu tahu jika aku berharap.